Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2010

Membuka Lembaran Baru Setelah Lebaran Usai

Oleh: Yuyu Yuhannah Hari Raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan dan kebesaran umat Islam telah pergi meninggalkan kita semua. Setelah sebulan lamanya umat Islam ditempa dan diuji tingkat keimanan dan ketakwaan yang dibalas Allah SWT oleh pahala yang berlipat-lipat dan pengampunan dosa, kini bulan sejuta hikmah dan anugerah itu pun telah berlalu. Pertanyaannya, masihkah tingkat keimanan kita pada bulan-bulan berikutnya selevel dengan saat beribadah puasa pada bulan Ramadhan? Dalam tinjauan terminologi, kata "idul fitri" mengandung dua makna. Pertama, kembali kepada keadaan umat Islam dihalalkan makan dan minum pada siang hari. Kedua, kembali kepada fitrah manusia yang suci setelah sebulan lamanya diuji iman dan takwanya. Ila al-fitroti min al-a'idin wa anil hawa wa as-syayatin min al-fi'zin . Artinya, kita kembali kepada fitrah (suci) dan kita telah menang dari hawa nafsu dan setan. Hari Raya Idul Fitri mencerminkan tiga sikap yang mesti dimiliki setiap Muslim. Pertam...

Belajar dari Puasanya Kupu-kupu

Oleh H Jatiman Karim Kupu-kupu adalah hewan yang sangat indah dan menarik. Sayapnya yang berwarna-warni dengan motif yang sangat rapi serta kelincahannya terbang dari satu bunga ke bunga yang lain, menjadi daya tarik bagi setiap orang untuk mengagumi makhluk ini. Kupu-kupu tak hadir begitu saja ke muka bumi, tapi melalui proses metaformosis dari binatang yang bernama ulat. Menyebut namanya, mungkin ada sebagian orang yang jijik, geli, takut, penyebab kulit gatal, perusak tanaman, dan sebagainya. Ia begitu identik dengan sifat yang tidak baik. Hampir tak ada orang yang mau menyentuhnya. Namun, ketika seekor ulat berubah menjadi kupu-kupu yang cantik dan indah, semua orang pun berusaha memilikinya dan bahkan mengaguminya. Mereka tak merasa takut dengan seekor kupu-kupu yang sesungguhnya berasal dari ulat. Itulah kupu-kupu. Hewan yang indah dan menarik. Makanannya pun bahan pilihan, dan selalu membantu proses penyerbukan tanaman. Untuk menjadi kupu-kupu, ulat terlebih dahulu...

Cermin Kedermawanan Abu Bakar Ashidiq

Oleh Prof Nanat Fatah Nasir Suatu hari, Khalifah Abu Bakar hendak berangkat berdagang. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Umar bin Khathab. "Mau berangkat ke mana engkau, wahai Abu Bakar?" tanya Umar. "Seperti biasa, aku mau berdagang ke pasar," jawab sang khalifah. Umar kaget mendengar jawaban itu, lalu berkata, "Engkau sekarang sudah menjadi khalifah, karena itu berhentilah berdagang dan konsentrasilah mengurus kekhalifahan." Abu Bakar lalu bertanya, "Jika tak berdagang, bagaimana aku harus menafkahi anak dan istriku?" Lalu Umar mengajak Abu Bakar untuk menemui Abu Ubaidah. Kemudian, ditetapkanlah oleh Abu Ubaidah gaji untuk khalifah Abu Bakar yang diambil dari baitul mal. Pada suatu hari, istri Abu Bakar meminta uang untuk membeli manisan. "Wahai istriku, aku tak punya uang," kata Abu Bakar. Istrinya lalu mengusulkan untuk menyisihkan uang gaji dari baitul mal untuk membeli manisan. Abu Bakar pun menyetujuinya. Setelah beberapa lama,...

Saat untuk Meraih Puncak Prestasi

Oleh A Riawan Amin Dalam perjalanan sejarah kaum Muslim, kita disajikan dengan beragam fenomena besar yang menunjukkan puncak kinerja dan produktivitas umat. Semua lintasan sejarah tersebut membuktikan bahwa betapa tingginya produktivitas kaum Muslim. Menariknya, peristiwa-peristiwa tersebut terjadi pada bulan Ramadhan. Bulan yang sering dianggap sebagai bulan kelesuan fisik karena tak cukup terpenuhinya kebutuhannya pada siang hari. Perang Badar Al-Kubra (2 H), Fathu Makkah (8 H), Perang Tabuk (9 H), Penaklukan Spanyol di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair (92 H), Perang Ain Jaluth (657 H), atau-dalam konteks negara-peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI (1945 M). Fenomena di atas membuktikan bahwa tak selamanya energi dan produktivitas seseorang berjalan linier dengan konsumsi jasmani. Justru-menurut para ahli-makan, minum, dan berhubungan seks berlebihan tanpa aturan dan disiplin adalah kontraproduktif. Alih-alih menjadikan seseorang semakin berprestasi ...

Teman Setia Orang Beriman Saat Ramadhan

Oleh Shohib Khoiri Lc Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia. Padanya diturunkan Alquran. Karena itu, Ramadhan disebut pula dengan bulannya Alquran ( Syahrul Qur'an ). Momentum Ramadhan hendaknya menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk memperbanyak amal ibadah, termasuk membaca dan mengamalkan Alquran. “Puasa dan Alquran akan memberikan syafaat kepada seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata, ”Wahai Tuhanku, aku telah menahannya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafaat kepadanya.” Sedangkan Alquran berkata, ”Aku telah mencegahnya dari tidur malam, maka perkenankanlah aku memberikan syafaat kepadanya.” (HR Ahmad dan Al-Hakim). Hadis di atas menjelaskan kepada kita bahwa shaum (puasa) dan Alquran dapat memberikan syafaat. Puasa memberikan syafaat karena dapat membendung syahwat seorang hamba, sedangkan Alquran memberikan syafaat karena ia telah mencegah seorang hamba dari tidur malam untuk bercengkrama dengannya. Ramadhan seakan menjadi...

Keutamaan Memohon Ampunan

Oleh Syahruddin El-Fikri Rasulullah SAW memerintahkan umat Islam agar senantiasa memperbanyak amal ibadah di bulan Ramadhan. Sebab, terdapat banyak keutamaan yang akan diperolehnya. Ibadah sunah menjadi bernilai fardhu, makan sahur merupakan berkah, bersedekah akan dilipatgandakan, membaca Alquran akan menjadi syafaat, dan beribadah pada malam Lailatul Qadar nilainya lebih baik daripada seribu bulan. “Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan ampunan Allah. Bulan yang mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah yang paling utama. Malam-malamnya adalah yang paling utama. Waktu demi waktunya adalah yang paling utama.” (HR Ibnu Khuzaimah). Salah satu amalan yang disunahkan adalah memperbanyak ampunan dan tobat kepada Allah. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat.” (Al-Baqarah [2]: 222). “ Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini.” (HR Ibnu Khuzaimah). Rasulullah SAW membagi ...

Tiga Faktor Pengurang Nilai Puasa

Oleh KH Didin Hafidhuddin Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah SAW menyatakan, banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak menghasilkan apa pun dari puasanya, selain lapar dan haus. (HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim). Hadis ini mengisyaratkan secara tegas bahwa hakikat shaum (puasa) itu, sesungguhnya, bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga. Akan tetapi, puasa adalah menahan diri dari ucapan dan perbuatan kotor yang merusak dan tidak bermanfaat. Termasuk juga kemampuan untuk mengendalikan diri terhadap cercaan dan makian orang lain. Itulah sebagian dari pesan Rasulullah SAW terhadap kaum Muslimin yang ingin puasanya diterima Allah SWT. Pada umumnya, orang yang berpuasa mampu menahan diri dari makan dan minum, dari terbit fajar sampai terbenam matahari, sehingga puasanya sah secara hukum syariah. Akan tetapi, banyak yang tidak mampu (mungkin juga kita) mengendalikan diri dari hal-hal yang mereduksi, bahkan merusak pahala puasa yang kita lakukan. Pertama , ghibah...